Saya belajar pada setiap jejak yang saya lewati, pada setiap pertarungan yang telah wariskan integritas, pada setiap pengalaman yang telah mendidik ketangguhan. Saya belajar bahwa merenungi hidup berarti belajar membangun kepekaan, belajar berdiri pada posisi kita sebagai orang lain, belajar lebih bisa merasakan.
Seperti diatas perahu kecil, sungai mengalir ditemani angin kencang, kau hanya perlu yakin pada dirimu, dan tentunya Yang Menciptakanmu juga. Seperti berada diatas perahu kecil, jika kau terus melihat ke dermaga kau takkan bergerak ke depan, paksakan diri. Jika kau telah melangkah, jangan terlalu sering melihat ke belakang, nanti kau ragu lagi, jangan juga lihat ke kanan kiri nanti ada yang tertabrak, paksakan ke depan, nanti kau akan terbiasa, Insya Allah kau pasti bisa melewatinya.
Catatlah apa yang perlu kau catat, tapi jangan terlalu mencatat kebaikanmu, nanti kau akan lupa semua kealpaanmu, itu mengerikan. Jika kau gelisah, bukan mundur solusinya bukan juga maju tanpa mengenal diri. cobalah kembali mengolah diri, membetulkan niat untuk selalu tetap fokus menaklukkan hidup. Jika kau raba setiap kemungkinan, jangan tanyakan kenapa letih itu hadir dan darimana sebenarnya dia berasal? Syukurilah tiap keringat itu bukti kau masih bergerak.
Jika kau terluka, coba kau lihat lebih dekat lukamu. Mungkin disitu ada cermin nurani yg bisa kau lihat tentang hati lain yang lebih dulu terluka karena dirimu. Jika kau tak tenang, coba periksa ulang isi tasmu, atau mungkin ada hak orang yg telah kau telan. Jika kau tak resah karena hal itu mungkin hatimu telah mati.
Jika kau dicaci, usah kau tersinggung menanggapi, selama cacian itu bukan dirimu, mungkin si pencaci sedang menggambarkan dirinya sendiri. Tak semua yg tersenyum itu berarti bahagia. Karena bahagia itu tak selalu tersenyum, Bahagia itu bahasa hati, ia adalah tarian nurani yg tulus.
Ini raut wajah yang kian menua, keriput terus berbisik meminta izin untuk hadir. Ini umur yang mendekati garis finishnya, jangan lupa perbekalannya. Bangkit Sob, Bangkitlah… tak ada yang tak mungkin, jika Musa Alaihisalam bisa membela lautan dengan tongkatnya, cukuplah Allah penolong kita.
Keluhan itu mengeringkan hati, merusak cara berpikir & membuat hari menjadi jenuh. Lebih baik lakukan evaluasi temukan sisi yang bisa diperbaiki. Yakinlah! karena tanpa kenyakinan bagaimana kau mampu melewatinya? jangan keluhkan masalah tapi tanya mengapa kau tak berani taklukkan masalah.
Hidupkan jiwa petualang, pandanglah masalah sebagai tebing untuk didaki. Karena saat kau tiba dipuncaknya nikmatilah senja dan kesejukannya. Jalani apa yg ada, jangan paksa kapabilitas bergerak diluar nalar demi mimpi yang berlebihan. Mungkin…mungkin ada yg salah dgn cita-cita kita.
Bukankah ada lusinan dalil dan nasehat bahwa Allah kita lebih besar dari jutaan masalah kita? lalu mengapa masih ragu? mengapa masih pesimis?
Seperti belajar mencintai seorang perempuan, bukan menunjukkan padanya kelebihan-kelebihan dalam dirimu. tapi coba didik dia agar siap dengan kekuranganmu. Seperti belajar mencintai perempuan, bukan hanya sekedar memuji kelebihannya, tapi siapkan dirimu untuk mencintai kekurangannya lalu dewasalah.
Ya itulah hidup seharusnya dibangun, bukan dari kelebihan kita menemukan semangat, tapi karena kita memiliki kekurangan kita temukan tantangan. Dimana kau temukan harga diri? kemewahan? pertemanan? atau? tidak sobat saya menemukan harga diri karena saya mampu berdiri sendiri lewati hidup.
Saat terjebak dalam lorong gelap. Ingatlah gelap itu ciptaan Allah, jika kau yakin, DIA takkan biarkan kau sendiri. jangan mundur sebelum bertarung.
Ketahuilah..Dari semua masalah yang kita hadapi, sebenarnya semua berawal dari satu masalah. Masalah hubungan kita dengan Allah, coba di cek kembali…
Sumber : Thufail blog
